Jumat, 01 November 2013

MAKALAH KEMUHAMMADIYAHAN “ LATAR BELAKANG BERDIRINYA MUHAMMADIYAH “




FAKULTAS EKONOMI TAHUN 2013



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pembaharuan pemikiran dalam dunia Islam merupakan usaha para pemikir dan para ulama untuk memahami ajaran Islam yang sesungguhnya menurut Al-Qur’an dan Al-Hadist dengan mempergunakan segenap kemampuan yang  dianugerahkan Allah SWT. Usaha tersebut kemudian dikaitkan dengan berbagai perkembangan sosial dan budaya yang kini mulai berkembang.Hasil pemikiran tersebut, kemudian melahirkan berbagai gerakan pembaharuan yang merupakan pelaksanaan dari hasil pemahaman dan pemikirannya terhadap ajaran Islam Di Indonesia.  Mulai lahir beberapa organisasi atau gerakan islam, diantaranya adalalah Muhammadiyah yang lebih dari 30 tahun sebelum merdeka, dan organisasi lainnya yang bergerak di bidang politik, sosial dan pendidikan.
Organisasi ini lahir sebagai bentuk keprihatinan karena melihat kenyataan umat Islam di Indonesia yang menjalankan perintah-perintah Allah yang tidak bersumber dari Al-Quran dan tuntunan Rasulullah SAW.Dalam hal itu KH.Ahmad Dahlan menghendaki ingin mengajak umat Islam di Indonesia untuk kembali hidup menurut tuntunan Al-Qur’an dan Al-Hadits.Jika dilihat dari amal usaha dan gerakan Muhammadiyah di bidang sosial kemasyarakatan, khususnya di bidang pendidikan dan dan kesehatan, maka Muhammadiyah merupakan organisasi sosial keagamaan yang terbesar di Indonesia. Dengan usaha Muhammadiyah yang terakhir itu, nilai-nilai ajaran Islam dapat dirasakan oleh masyarakat menjadi lebih dekat dan akrab dengan permasalahan kehidupan manusia sehari-hari.
B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang menyebutkan bahwa Muhammadiyah merupakan organisasi terbesar di Indonesia maka kita ingin mendalami tentang arti dari muhammadiyah itu sendiri, dan faktor yang melatarbelakangi berdirinya Muhammadiyahsehingga sampai saat ini masih bisa tetap terjaga sebagai organisasi sosial kemasyarakatan yang terbesar di Indonesia.
C.     Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas ujian tengah semester yang diberikan oleh dosen pembina mata kuliah kemuhammadiyahan. Selain itu penulis juga ingin mendalami dan mengerti tentangarti dari muhammadiyah itu sendiri, dan faktor yang melatarbelakangi berdirinya Muhammadiyahsehingga sampai saat ini masih bisa tetap terjaga sebagai organisasi sosial kemasyarakatan yang terbesar di Indonesia.

BAB 2
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Muhammadiyah
Muhammadiyah adalah Gerakan Islam yang melaksanakan da’wah amar ma’ruf nahi munkar (Menurut Wikipedia, da’wah amar ma’ruf nahi munkar adalah Sebuah frasa dalam bahasa arab yang maksudnya sebuah perintah untuk mengajak atau menganjurkan hal-hal yang baik dengan mencegah hal-hal yank buruk bagi masyarakat) dengan maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.Muhammadiyah berpandangan bahwa Agama Islam menyangkut seluruh aspek kehidupan meliputi aqidah, ibadah, akhlaq, dan mu’amalat dunyawiyah yang merupakan satu kesatuan yang utuh dan harus dilaksanakan dalam kehidupan perseorangan maupun kolektif. Adapun pengertian muhammadiyah menurut estimologis (bahasa), terminologis(istilah),dan menurut H. Djarnawi Hadikusuma.
·         Arti estimologis (bahasa)
Muhammadiyah berasal dari kata bahasa arab "Muhammad" yaitu nama nabi atau Rasul yang terakhir. Kemudian mendapatkan "ya nisbiyah "yang artinya menjeniskan.Jadi Muhammadiyah berarti umatnya Muhammad atau pengikut Muhammad.Yaitu semua orang yang meyakini bahwa Muhammad adalah hamba dan pesuruh Allah yang terakhir.Dengan demikian siapapun yang beragama Islam maka dia adalah orang Muhammadiyah, tanpa dilihat atau dibatasi oleh perbedaan Organisasi, golongan bangsa, geografis, etnis, dan sebagainya.
·         Arti Terminologis (istilah)
Muhammadiyah merupakan sebuah gerakan Islam, Dakwah Amar Makruf Nahi Munkar, berdasarkan asas Islam yang bersumber dari Al Qur’an dan As Sunah yang didirikan oleh Muhammad Darwis atau lebih dikenal dengan nama K.H. Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Dzulhijah 1330 H, bertepatan pada tanggal 18 November 1912 M di Kampung Kauman Yogyakarta.
·         Penisbahan nama muhammadiyah tersebut menurut H. Djarnawi Hadikusuma mengandung pengertian sebagai berikut: ”Dengan nama itu dia bermaksud untuk menjelaskan bahwa pendukung organisasi itu ialah umat Muhammad, dan asasnya adalah ajaran Nabi Muhammad saw, yaitu Islam. Dan tujuannya ialah memahami dan melaksanakan agama Islam sebagai yang memang ajaran yang serta dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw, agar supaya dapat menjalani kehidupan dunia sepanjang kemauan agama Islam. Dengan demikian ajaran Islam yang suci dan benar itu dapat memberi nafas bagi kemajuan umat Islam dan bangsa Indonesia pada umumnya.”

B.     Latar belakang berdirinya muhammadiyah
Bulan Dzulhijjah (8 Dzulhijjah 1330 H) atau November (18 November 1912 M) merupakan momentum penting lahirnya Muhammadiyah. Itulah kelahiran sebuah gerakan Islam modernis terbesar di Indonesia, yang melakukan pembaruan Islam di negeri berpenduduk terbesar muslim di dunia. Sebuah gerakan yang didirikan oleh seorang kyai alim, cerdas, dan berjiwa pembaru, yakni Kyai Haji Ahmad Dahlan atau Muhammad Darwis dari kota santri Kauman Yogyakarta. “Muhammadiyah” pada mulanya diusulkan oleh kerabat sekaligus sahabat Kyai Ahmad Dahlan yang bernama Muhammad Sangidu, seorang Ketib Anom Kraton Yogyakarta dan tokoh pembaruan yang kemudian menjadi penghulu Kraton Yogyakarta, yang kemudian diputuskan Kyai Dahlan setelah melalui shalat istikharah.
(Darban, 2000: 34).

Setelah Kyai Dahlan menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci dan bermukim yang kedua kalinya pada tahun 1903, Kyai Dahlan mulai menyebarkan pembaharuan islam di Tanah Air. Gagasan pembaruan itu diperoleh Kyai Dahlan setelah berguru kepada ulama-ulama Indonesia yang bermukim di Mekkah seperti Syeikh Ahmad Khatib dari Minangkabau, Kyai Nawawi dari Banten, Kyai Mas Abdullah dari Surabaya, dan Kyai Fakih dari Maskumambang, juga setelah membaca pemikiran-pemikiran para pembaru Islam seperti IbnTaimiyah, Muhammad bin Abdil Wahhab, Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha. Dengan modal kecerdasan dirinya serta interaksi selama bermukim di Saudi Arabia dan bacaan atas karya-karya para pembaru pemikiran Islam itu telah menanamkan benih ide-ide pembaruan dalam diri Kyai Dahlan.Jadi sekembalinya dari Arab Saudi, Kyai Dahlan justru membawa ide dan gerakan pembaruan.

Ketika berbicara muhammadiyah dengan berlandaskan pada tafsir QS. Al-Imrann ayat 104 “ dan hendaklah ada golongan diantara kamu menyeruh kepada yang ma’ruff dan mencegah dariyang mungkar...” bahwa golongan umat yang dikatakan beruntung adalah yang mau untuk menyeruh kepada kebaikan dan mencegah kepada kemungkaran. Yang memang pada masa itu, keadaan kaum yogyakarta yang mayoritas masih di dominasi oleh kaum abangan  sehinggga kegiatan pribadatan masih tercampur oleh budaya-budaya hindu-budha yang menjadikan agama islam tidak murni lagi. Pada masa itu kaum muslim khususnya di yogyakarta walaupun beragama islam tapi masih tercampur dengan animisme dan dinamisme.  Hal ini terlihat dengan adanya sesajen, ruwutan, dll yang dalam muhammadiyah dikenal dengan istilah penyakit TBC ( tahayul, bid’ah, khurofat). Dari semangat  berjuang inilah kemudian muncul rumusan untuk mendirikan organisasi kemasyarakkatan. Pada awal berdirinya masih mencakup ruang lingkup yang kecil yaitu sekitar kerisidenan yogyakarta, tetapi kemudian meluas dan berkembang hingga seluruh indonesia bahkan sampai keluar negri. Dengan tujuan menciptakan masyarakat  islam yang sebenar benarnya, artinya adalah masyarakat islam yang sesuai dengan sunnah dan Al’Qur’an tidak lebih dan tidak kurang. Yang harapanya akan terwujud masyarakat islam yang adil, makmur dan sejahtera.

Ada dua faktor yang melatarbelakangi berdirinya Muhammadiyah, yang pertama faktor subjektif dan yang kedua faktor objektif. Faktor objektif dapat di lihat secara internal dan ekternal, penjelasannya sebagai berikut :
1.      Faktor subjektif yaitu hasil pemikiranIslam Ahmad Dahlan.
Bersifat subyek, ialah pelakunya sendiri. Dan ini merupakan faktor sentral, sedangkan faktor yang lain hanya menjadi penunjang saja. Yang dimaksudkan disini ialah, kalau mau mendirikan Muhammadiyahmaka harus dimulai dari orangnya sendiri. Kalau tidak, maka Muhammadiyah bisa dibawa kemana saja.
Lahirnya Muhammadiyah tidak dapat dipisahkan dengan Kiyai Haji ahmad Dahlan, tokoh kontroversial pada zamannya. Ia dilahirka tahun 1868 dan wafat tahun 1923 m, dimakamkan di pemakaman Karangkajen Yogyakarta, berarti meninggal dalam usia relative muda. Sudah sejak kanak-kanak beliau diberikan pelajaran dan pendidikan agama oleh orang tuanya, oleh para guru (ulama) yang ada dalam masyarakat lingkungannya. Ini menunjukkan rasa keagaman KH Ahamad Dahlan, tidak hanya berdasarkan naluri, melainkan juga melalui ilmu-ilmu yang diajarkan kepadanya.
Dikala mudanya, beliau terkenal memiliki pikiran yang cerdas dan bebas serta memiliki akal budi yang bersih dan baik. Pendidikan agama yang diterimanya dipilih secara selektif. Tidak hanya itu, tetapi sesudah dipikirkan, dibawa dalam perenungan-perenungan dan ingin dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Disinilah yang menentukan Ahamd Dahlan sebagai subjek yang nantinya mendorong berdirinya Muhammadiyah.
Namun faham dan keyakinan agamanya barulah menemukan wujud dan bentuknya yang mantap sesudah menunaikan ibadah hajinya yang kedua (1902 M) dan sempat bermukuim beberapa tahun di tanah suci. Waktu itu beliau sudah mampu dan berkesempatan membaca ataupun mengkaji kitab-kitab yang disusun oleh alim ulama yang mempunyai aliran hendak kembali kepada al-Quran dan As- Sunnah dengan menggunakan akal yang cerdas dan bebas. Faham dan keyakinan agama yang dilengkapi dengan penghayatan dan pengalaman agamanya inilah yang mendorong kelahiran Muhammadiyah.
2.      Faktor objektif
Faktor objektif yang pertama secara internal, yaitu terdapat ketidak murnian amalan islam akibat tidak dijadikan Al-Qur’an dan Sunnah sebagai rujukan.
·               Realitas sosio agama di Indonesia.
Kondisi masyarakat yang masih sangat kental dengan kebudayaan Hindu dan Budha, memunculkan kepercayaan dan praktik ibadah yang menyimpang dari Islam.Kepercayaan dan praktik ibadah tersebut dikenal dengan sitilah Bid’ah dan Khurafat.Khurafat adalah kepercayaan tanpa pedoman yang sah menurut Al-Qur’an dan Al-Hadits, hanya ikut-ikutan orang tua atau nenek moyang mereka.Sedangkan bid’ah adalah bentuk ibadah yang dilakukan tanpa dasar pedoman yang jelas, melainkan hanya ikut-ikutan orangtua atau nenek moyang saja.
Melihat realitas sosio-agama ini mendorong Ahmad Dahlan untuk mendirikan Muhammadiyah. Namun, gerakan pemurniannya dalam arti pemurnian ajaran Islam dari bid’ah dan khurafat baru dilakukan pada tahun 1916.Dalam konteks sosio-agama ini, Muhammadiyah merupakan gerakan pemurnian yang menginginkan pembersihan Islam dari semua sinkretisme dan praktik ibadah yang terlebih tanpa dasar akaran Islam (Takhayul, Bid’ah, Khurafat).
·               Realitas sosio pendidikan di Indonesia
Ahmad dahlan mengetahui bahwa pendidikan di Indonesia terpecah menjadi dua yaitu pendidikan pesantren yang hanya mengajarkan ajaran-ajaran agama dan pendidikan barat yang sekuler.Kondisi ini menjadi jurang pemisah antara golongan yang mendapat pendidikan agama dengan golongan yang mendapatkan pendidikan sekuler.Kesenjangan ini termanifestasi dalam bentuk berbusana, berbicara, hidup dan berpikir.Ahmad Dahlan mengkaji secara mendalam dua sistem pendidikan yang sangat kontras ini.
Dualisme sistem pendidikan diatas membuat prihatin Ahmad Dahlan, oleh karena itu cita-cita pendidikan Ahmad Dahlan ialah melahirkan manusia yang berpandangan luas dan memiliki pengetahuan umum, sekaligus yang bersedia untuk kemajuan masyarakatnya.Cita-cita ini dilakukan dengan mendirikan lembaga pendidikan dengan kurikulum yang menggabungkan antara Imtak dan Iptek.
Faktor objektif yang kedua secara ekternal, yaitu disebabkan politik kolonialisme dan imperialisme Belanda yang menimbulkan perpecahan di kalangan bangsa Indonesia.
1)      Periode Pertama (periode sebelum Snouck Hurgronje)
·         Belanda berprinsip agar penduduk Indonesia yang beragama Islam tidak memberontak.
·         Menerapkan dua strategi yaitu membuat kebijakan-kebijakan yang sifatnya membendung dan melakukan kristenisasi bagi penduduk Indonesia.
·         Dalam  pelarangan  pengalaman ajaran  islam, Belanda  membatasi masalah ibadah haji dengan berbagai aturan tetapi pelarangan ini justru kontraproduktif  bagi  Belanda karena menjadi sumber  pemicu perlawanan terhadap Belanda sebagai penjajah karena menghalangi kesempurnaan islam seseorang.
2)      Periode Kedua (periode setelah Snouck Hurgronje menjadi penasihat Belanda untuk urusan pribumi di Indonesia)
·         Dalam hal ini,tidak semua kegiatan pengamalan Islam dihalangi bahkan dalam hal tertentu didukung. Kebijakan didasarkan atas pengalaman Snouck berkunjung ke Makkah dengan menyamar sebagai seorang muslim bernama Abdul Ghaffar.
·         Kebijakan Snouck didasarkan tiga prinsip utama,yaitu: Pertama rakyat indonesia dibebaskan dalam menjalankan semua masalah ritual keagamaan seperti ibadah, Kedua pemerintah berupaya mempertahankan dan menghormati keberadaan lembaga-lembaga sosial atau aspek mu’amalah dalam islam, Ketiga pemerintah tidak menoleransi kegiatan apapun yang dilakukan kaum muslimin yang dapat menyebarkan seruan-seruan Pan-Islamisme atau menyebabkan perlawanan politik atau bersenjata menentang pemerintah kolonial Belanda.

Adapun faktor-faktor lain yang menjadi pendorong lahirnya Muhammadiyah ialah antara lain:
1.      Umat Islam tidak memegang teguh tuntunan Al-Quran dan Sunnah Nabi, sehingga menyebabkan merajalelanya syirik, bid’ah, dan khurafat, yang mengakibatkan umat Islam tidak merupakan golongan yang terhormat dalam masyarakat, demikian pula agama Islam tidak memancarkan sinar kemurniannya lagi.
2.      Ketiadaan persatuan dan kesatuan di antara umat Islam, akibat dari tidak tegaknya ukhuwah Islamiyah serta ketiadaan suatu organisasi yang kuat.
3.      Kegagalan dari sebagian lembaga-lembaga pendidikan Islam dalam memprodusir kader-kader Islam, karena tidak lagi dapat memenuhi tuntutan zaman.
4.      Umat Islam kebanyakan hidup dalam alam fanatisme yang sempit, bertaklid buta serta berpikir secara dogmatis, berada dalam konservatisme, formalisme, dan tradisionalisme.
5.      dan Karena keinsyafan akan bahaya yang mengancam kehidupan dan pengaruh agama Islam, serta berhubung dengan kegiatan misi dan zending Kristen di Indonesia yang semakin menanamkan pengaruhnya di kalangan rakyat.

Visi Muhammadiyah adalah sebagai gerakan Islam yang berlandaskan al-Qur’an dan as-Sunnah dengan watak tajdid yang dimilikinya senantiasa istiqamah dan aktif dalam melaksanakan dakwah Islam amar ma’ruf nahi mungkar di segala bidang, sehingga menjadi rahmatan li al-‘alamin bagi umat, bangsa dan dunia kemanusiaan menuju terciptanya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya yang diridhai Allah swt dalam kehidupan di dunia ini.
Misi Muhammadiyah adalah:
1.      Menegakkan keyakinan tauhid yang murni sesuai dengan ajaran Allah swt yang dibawaoleh Rasulullah yang disyariatkan sejak Nabi Nuh hingga Nabi Muhammad saw.
2.      Memahami agama dengan menggunakan akal pikiran sesuai dengan jiwa ajaran Islam untuk menjawab dan menyelesaikan persoalan-persoalan kehidupan yang bersifat duniawi.
3.      Menyebarluaskan ajaran Islam yang bersumber pada al-Qur’an sebagai kitab Allah yang terakhir untuk umat manusia sebagai penjelasannya.
4.      Mewujudkan amalan-amalan Islam dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat. Lihat Tanfidz Keputusan Musyawarah Wilayah ke-39 Muhammadiyah Sumatera Barat tahun 2005 di Kota Sawahlunto





BAB 3
A.    KESIMPULAN
Muhammad Darwis atau lebih dikenal dengan K.H. Ahmad Dahlan menuntut ilmu di kota suci Makkah, dan hasil dari pendidikannya itu kemudian beliau membentuk sebuah wadah perubahan untuk kembali kepada Al Qur’an dan As Sunnah Rasullullah sesuai dengan arti Muhammadiyah yaitu pengikut Nabi Muhammad SAW. Dari terbentuknya Muhammadiyah di kampung Kauman Yogyakarta pada tanggal 8 Dzulhijah 1330 H yang bertepatan pada 18 November 1912 M dan tersebarluas hampir seluruh Indonesia sehingga menjadi organisasi besar sampai dengan sekarang tidak lepas dari buah pikiran K.H. Ahmad Dahlan.

Ada dua faktor yang melatarbelakangi berdirinya Muhammadiyah yaitu faktor intern (dalam pribadi Ahmad Dahlan sendiri) dan ekstern (aspek sosial,keagamaan,pendidikan,dan politik bangsa).

B.     SARAN
Dari kesimpulan di atas,dapat disarankan hal-hal sebagai berikut :
1.      Sebagai warga umat Islam Muhammadiyah, kita harus mempertahankan dan meneruskan perjuangan Ahmad Dahlan dari segala bentuk yang dapat menghancurkan agama Islam.
2.      Sebagai umat Islam yang beriman dan bertaqwa pada-Nya, kita tidak seharusnya melakukan hal-hal yang dilarang Islam seperti tahayul, bid’ah, khurofat .Kita harus menjalankan dan mengamalkan seperti apa yang diajarkan dalam al quran dan al hadist.
3.      Sebagai umat Islam yang berilmu, kita harus memperdalam ilmu dalam segala bidang seperti IPTEK dan ilmu yang lainnya tanpa membedakan, dengan syarat kita tahu apa yang kita pelajari sesuai dengan ajaran Islam.
4.      Untuk menjaga agama Islam dari pemusnahan orang-orang kafir, kita sebagai umat Islam harus bersatu melindungi agama Islam.