FAKULTAS EKONOMI TAHUN 2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pembaharuan pemikiran
dalam dunia Islam merupakan usaha para pemikir dan para ulama untuk memahami
ajaran Islam yang sesungguhnya menurut Al-Qur’an dan Al-Hadist dengan
mempergunakan segenap kemampuan yang dianugerahkan Allah SWT. Usaha tersebut
kemudian dikaitkan dengan berbagai perkembangan sosial dan budaya yang kini
mulai berkembang.Hasil pemikiran tersebut, kemudian melahirkan berbagai gerakan
pembaharuan yang merupakan pelaksanaan dari hasil pemahaman dan pemikirannya terhadap
ajaran Islam Di Indonesia. Mulai lahir
beberapa organisasi atau gerakan islam, diantaranya adalalah Muhammadiyah yang
lebih dari 30 tahun sebelum merdeka, dan organisasi lainnya yang bergerak di
bidang politik, sosial dan pendidikan.
Organisasi ini lahir
sebagai bentuk keprihatinan karena melihat kenyataan umat Islam di Indonesia
yang menjalankan perintah-perintah Allah yang tidak bersumber dari Al-Quran dan
tuntunan Rasulullah SAW.Dalam hal itu KH.Ahmad Dahlan menghendaki ingin mengajak umat Islam di
Indonesia untuk kembali hidup menurut tuntunan Al-Qur’an dan Al-Hadits.Jika
dilihat dari amal usaha dan gerakan Muhammadiyah di bidang sosial
kemasyarakatan, khususnya di bidang pendidikan dan dan kesehatan, maka
Muhammadiyah merupakan organisasi sosial keagamaan yang terbesar di Indonesia.
Dengan usaha Muhammadiyah yang terakhir itu, nilai-nilai ajaran Islam dapat
dirasakan oleh masyarakat menjadi lebih dekat dan akrab dengan permasalahan kehidupan
manusia sehari-hari.
B. Rumusan
Masalah
Dari latar belakang yang menyebutkan bahwa Muhammadiyah
merupakan organisasi terbesar di Indonesia maka kita ingin mendalami tentang
arti dari muhammadiyah itu sendiri, dan faktor yang
melatarbelakangi berdirinya Muhammadiyahsehingga sampai saat ini masih bisa tetap terjaga sebagai
organisasi sosial kemasyarakatan yang terbesar di Indonesia.
C. Tujuan
Tujuan pembuatan
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas ujian tengah semester yang diberikan
oleh dosen pembina mata kuliah kemuhammadiyahan. Selain itu penulis juga ingin mendalami
dan mengerti tentangarti
dari muhammadiyah itu sendiri, dan faktor yang
melatarbelakangi berdirinya Muhammadiyahsehingga sampai saat ini masih bisa tetap terjaga sebagai
organisasi sosial kemasyarakatan yang terbesar di Indonesia.
BAB
2
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Muhammadiyah
Muhammadiyah adalah Gerakan Islam yang
melaksanakan da’wah amar ma’ruf nahi munkar (Menurut Wikipedia, da’wah amar ma’ruf nahi munkar adalah
Sebuah frasa dalam bahasa arab yang maksudnya sebuah perintah untuk mengajak
atau menganjurkan hal-hal yang baik dengan mencegah hal-hal yank buruk bagi
masyarakat) dengan maksud dan tujuan
menegakkan dan menjunjung tinggi
Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya.Muhammadiyah berpandangan bahwa Agama Islam menyangkut seluruh
aspek kehidupan meliputi aqidah, ibadah, akhlaq, dan mu’amalat dunyawiyah yang
merupakan satu kesatuan yang utuh dan harus dilaksanakan dalam kehidupan
perseorangan maupun kolektif. Adapun pengertian muhammadiyah menurut estimologis (bahasa), terminologis(istilah),dan
menurut H. Djarnawi Hadikusuma.
·
Arti
estimologis (bahasa)
Muhammadiyah berasal dari kata bahasa arab
"Muhammad" yaitu nama nabi atau Rasul yang terakhir. Kemudian
mendapatkan "ya nisbiyah "yang artinya menjeniskan.Jadi Muhammadiyah
berarti umatnya Muhammad atau pengikut Muhammad.Yaitu semua orang yang meyakini
bahwa Muhammad adalah hamba dan pesuruh Allah yang terakhir.Dengan demikian
siapapun yang beragama Islam maka dia adalah orang Muhammadiyah, tanpa dilihat
atau dibatasi oleh perbedaan Organisasi, golongan bangsa, geografis, etnis, dan
sebagainya.
·
Arti
Terminologis (istilah)
Muhammadiyah merupakan sebuah gerakan Islam, Dakwah Amar
Makruf Nahi Munkar, berdasarkan asas Islam yang bersumber dari Al Qur’an dan As
Sunah yang didirikan oleh Muhammad Darwis atau lebih dikenal dengan nama K.H.
Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Dzulhijah 1330 H, bertepatan pada tanggal 18
November 1912 M di Kampung Kauman Yogyakarta.
·
Penisbahan
nama muhammadiyah tersebut menurut H. Djarnawi Hadikusuma mengandung pengertian
sebagai berikut: ”Dengan nama itu dia bermaksud untuk menjelaskan bahwa
pendukung organisasi itu ialah umat Muhammad, dan asasnya adalah ajaran Nabi
Muhammad saw, yaitu Islam. Dan tujuannya ialah memahami dan melaksanakan agama Islam
sebagai yang memang ajaran yang serta dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw, agar
supaya dapat menjalani kehidupan dunia sepanjang kemauan agama Islam.
Dengan demikian ajaran Islam yang suci dan benar itu dapat memberi nafas bagi
kemajuan umat Islam dan bangsa Indonesia pada umumnya.”
B. Latar
belakang berdirinya muhammadiyah
Bulan
Dzulhijjah (8 Dzulhijjah 1330 H) atau November (18 November 1912 M) merupakan
momentum penting lahirnya Muhammadiyah. Itulah kelahiran sebuah gerakan Islam
modernis terbesar di Indonesia, yang melakukan pembaruan Islam di negeri
berpenduduk terbesar muslim di dunia. Sebuah gerakan yang didirikan oleh
seorang kyai alim, cerdas, dan berjiwa pembaru, yakni Kyai Haji Ahmad Dahlan
atau Muhammad Darwis dari kota santri Kauman Yogyakarta. “Muhammadiyah” pada
mulanya diusulkan oleh kerabat sekaligus sahabat Kyai Ahmad Dahlan yang bernama
Muhammad Sangidu, seorang Ketib Anom Kraton Yogyakarta dan tokoh pembaruan yang
kemudian menjadi penghulu Kraton Yogyakarta, yang kemudian diputuskan Kyai
Dahlan setelah melalui shalat istikharah.
(Darban, 2000: 34).
Setelah
Kyai Dahlan menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci dan bermukim yang kedua
kalinya pada tahun 1903, Kyai Dahlan mulai menyebarkan
pembaharuan islam di
Tanah Air. Gagasan pembaruan itu diperoleh Kyai Dahlan setelah berguru kepada
ulama-ulama Indonesia yang bermukim di Mekkah seperti Syeikh Ahmad Khatib dari
Minangkabau, Kyai Nawawi dari Banten, Kyai Mas Abdullah dari Surabaya, dan Kyai
Fakih dari Maskumambang, juga setelah membaca pemikiran-pemikiran para pembaru
Islam seperti IbnTaimiyah, Muhammad bin Abdil Wahhab, Jamaluddin Al-Afghani,
Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha. Dengan modal kecerdasan dirinya serta
interaksi selama bermukim di Saudi
Arabia dan bacaan atas karya-karya para pembaru pemikiran Islam itu telah
menanamkan benih ide-ide pembaruan dalam diri Kyai Dahlan.Jadi sekembalinya
dari Arab Saudi, Kyai Dahlan justru membawa ide dan gerakan
pembaruan.
Ketika
berbicara muhammadiyah dengan berlandaskan pada tafsir QS. Al-Imrann ayat 104 “
dan hendaklah ada golongan diantara kamu menyeruh kepada yang ma’ruff dan
mencegah dariyang mungkar...” bahwa golongan umat yang dikatakan beruntung
adalah yang mau untuk menyeruh kepada kebaikan dan mencegah kepada kemungkaran.
Yang memang pada masa itu, keadaan kaum yogyakarta yang mayoritas masih di
dominasi oleh kaum abangan sehinggga kegiatan pribadatan masih tercampur
oleh budaya-budaya hindu-budha yang menjadikan agama islam tidak murni
lagi. Pada masa itu kaum muslim khususnya di yogyakarta walaupun beragama islam
tapi masih tercampur dengan animisme dan dinamisme. Hal ini terlihat
dengan adanya sesajen, ruwutan, dll yang dalam muhammadiyah dikenal dengan
istilah penyakit TBC ( tahayul, bid’ah, khurofat). Dari semangat berjuang
inilah kemudian muncul rumusan untuk mendirikan organisasi kemasyarakkatan.
Pada awal berdirinya masih mencakup ruang lingkup yang kecil yaitu sekitar
kerisidenan yogyakarta, tetapi kemudian meluas dan berkembang hingga seluruh
indonesia bahkan sampai keluar negri. Dengan tujuan menciptakan
masyarakat islam yang sebenar benarnya, artinya adalah masyarakat islam
yang sesuai dengan sunnah dan Al’Qur’an tidak lebih dan tidak kurang. Yang
harapanya akan terwujud masyarakat islam yang adil, makmur dan sejahtera.
Ada dua faktor yang melatarbelakangi
berdirinya Muhammadiyah, yang pertama faktor subjektif dan yang kedua faktor
objektif. Faktor objektif dapat di lihat secara internal dan ekternal,
penjelasannya sebagai berikut :
1.
Faktor subjektif yaitu hasil pemikiranIslam
Ahmad Dahlan.
Bersifat subyek, ialah pelakunya
sendiri. Dan ini merupakan faktor sentral, sedangkan faktor yang lain hanya
menjadi penunjang saja. Yang dimaksudkan disini ialah, kalau mau mendirikan
Muhammadiyahmaka harus dimulai dari orangnya sendiri. Kalau tidak, maka
Muhammadiyah bisa dibawa kemana saja.
Lahirnya Muhammadiyah tidak dapat
dipisahkan dengan Kiyai Haji ahmad Dahlan, tokoh kontroversial pada zamannya.
Ia dilahirka tahun 1868 dan wafat tahun 1923 m, dimakamkan di pemakaman
Karangkajen Yogyakarta, berarti meninggal dalam usia relative muda. Sudah sejak
kanak-kanak beliau diberikan pelajaran dan pendidikan agama oleh orang tuanya,
oleh para guru (ulama) yang ada dalam masyarakat lingkungannya. Ini menunjukkan
rasa keagaman KH Ahamad Dahlan, tidak hanya berdasarkan naluri, melainkan juga
melalui ilmu-ilmu yang diajarkan kepadanya.
Dikala mudanya, beliau terkenal
memiliki pikiran yang cerdas dan bebas serta memiliki akal budi yang bersih dan
baik. Pendidikan agama yang diterimanya dipilih secara selektif. Tidak hanya
itu, tetapi sesudah dipikirkan, dibawa dalam perenungan-perenungan dan ingin
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Disinilah yang menentukan Ahamd Dahlan
sebagai subjek yang nantinya mendorong berdirinya Muhammadiyah.
Namun faham dan keyakinan agamanya barulah menemukan wujud dan bentuknya yang mantap sesudah menunaikan ibadah hajinya yang kedua (1902 M) dan sempat bermukuim beberapa tahun di tanah suci. Waktu itu beliau sudah mampu dan berkesempatan membaca ataupun mengkaji kitab-kitab yang disusun oleh alim ulama yang mempunyai aliran hendak kembali kepada al-Quran dan As- Sunnah dengan menggunakan akal yang cerdas dan bebas. Faham dan keyakinan agama yang dilengkapi dengan penghayatan dan pengalaman agamanya inilah yang mendorong kelahiran Muhammadiyah.
Namun faham dan keyakinan agamanya barulah menemukan wujud dan bentuknya yang mantap sesudah menunaikan ibadah hajinya yang kedua (1902 M) dan sempat bermukuim beberapa tahun di tanah suci. Waktu itu beliau sudah mampu dan berkesempatan membaca ataupun mengkaji kitab-kitab yang disusun oleh alim ulama yang mempunyai aliran hendak kembali kepada al-Quran dan As- Sunnah dengan menggunakan akal yang cerdas dan bebas. Faham dan keyakinan agama yang dilengkapi dengan penghayatan dan pengalaman agamanya inilah yang mendorong kelahiran Muhammadiyah.
2.
Faktor objektif
Faktor
objektif yang pertama secara internal, yaitu terdapat ketidak murnian amalan
islam akibat tidak dijadikan Al-Qur’an dan Sunnah sebagai rujukan.
·
Realitas sosio
agama di Indonesia.
Kondisi
masyarakat yang masih sangat kental dengan kebudayaan Hindu dan Budha, memunculkan
kepercayaan dan praktik ibadah yang menyimpang dari Islam.Kepercayaan dan
praktik ibadah tersebut dikenal dengan sitilah Bid’ah dan Khurafat.Khurafat
adalah kepercayaan tanpa pedoman yang sah menurut Al-Qur’an dan Al-Hadits,
hanya ikut-ikutan orang tua atau nenek moyang mereka.Sedangkan bid’ah adalah
bentuk ibadah yang dilakukan tanpa dasar pedoman yang jelas, melainkan hanya
ikut-ikutan orangtua atau nenek moyang saja.
Melihat
realitas sosio-agama ini mendorong Ahmad Dahlan untuk mendirikan Muhammadiyah. Namun,
gerakan pemurniannya dalam arti pemurnian ajaran Islam dari bid’ah dan khurafat
baru dilakukan pada tahun 1916.Dalam konteks sosio-agama ini, Muhammadiyah
merupakan gerakan pemurnian yang menginginkan pembersihan Islam dari semua
sinkretisme dan praktik ibadah yang terlebih tanpa dasar akaran Islam
(Takhayul, Bid’ah, Khurafat).
·
Realitas sosio pendidikan di Indonesia
Ahmad
dahlan mengetahui bahwa pendidikan di Indonesia terpecah menjadi dua yaitu pendidikan
pesantren yang hanya mengajarkan ajaran-ajaran agama dan pendidikan barat yang
sekuler.Kondisi ini menjadi jurang pemisah antara golongan yang mendapat
pendidikan agama dengan golongan yang mendapatkan pendidikan
sekuler.Kesenjangan ini termanifestasi dalam bentuk berbusana, berbicara, hidup
dan berpikir.Ahmad Dahlan mengkaji secara mendalam dua sistem pendidikan yang
sangat kontras ini.
Dualisme
sistem pendidikan diatas membuat prihatin Ahmad Dahlan, oleh karena itu
cita-cita pendidikan Ahmad Dahlan ialah melahirkan manusia yang berpandangan
luas dan memiliki pengetahuan umum, sekaligus yang bersedia untuk kemajuan
masyarakatnya.Cita-cita ini dilakukan dengan mendirikan lembaga pendidikan
dengan kurikulum yang menggabungkan antara Imtak dan Iptek.
Faktor
objektif yang kedua secara ekternal, yaitu disebabkan politik kolonialisme dan
imperialisme Belanda yang menimbulkan perpecahan di kalangan bangsa Indonesia.
1)
Periode Pertama (periode sebelum Snouck
Hurgronje)
·
Belanda berprinsip agar penduduk Indonesia yang
beragama Islam tidak memberontak.
·
Menerapkan dua strategi yaitu membuat
kebijakan-kebijakan yang sifatnya membendung dan melakukan kristenisasi bagi
penduduk Indonesia.
·
Dalam pelarangan pengalaman ajaran
islam, Belanda membatasi masalah ibadah haji dengan berbagai aturan
tetapi pelarangan ini justru kontraproduktif bagi Belanda karena
menjadi sumber pemicu perlawanan terhadap Belanda sebagai penjajah karena
menghalangi kesempurnaan islam seseorang.
2)
Periode Kedua (periode setelah Snouck
Hurgronje menjadi penasihat Belanda untuk urusan pribumi di Indonesia)
·
Dalam hal ini,tidak semua kegiatan pengamalan
Islam dihalangi bahkan dalam hal tertentu didukung. Kebijakan didasarkan atas
pengalaman Snouck berkunjung ke Makkah dengan menyamar sebagai seorang muslim
bernama Abdul Ghaffar.
·
Kebijakan Snouck didasarkan tiga prinsip
utama,yaitu: Pertama rakyat indonesia dibebaskan dalam menjalankan semua
masalah ritual keagamaan seperti ibadah, Kedua pemerintah berupaya mempertahankan
dan menghormati keberadaan lembaga-lembaga sosial atau aspek mu’amalah dalam
islam, Ketiga pemerintah tidak menoleransi kegiatan apapun yang dilakukan kaum
muslimin yang dapat menyebarkan seruan-seruan Pan-Islamisme atau menyebabkan
perlawanan politik atau bersenjata menentang pemerintah kolonial Belanda.
Adapun
faktor-faktor lain yang menjadi pendorong lahirnya Muhammadiyah ialah antara
lain:
1. Umat Islam tidak memegang teguh
tuntunan Al-Quran dan Sunnah Nabi, sehingga menyebabkan merajalelanya syirik,
bid’ah, dan khurafat, yang mengakibatkan umat Islam tidak merupakan golongan
yang terhormat dalam masyarakat, demikian pula agama Islam tidak memancarkan
sinar kemurniannya lagi.
2. Ketiadaan persatuan dan kesatuan di
antara umat Islam, akibat dari tidak tegaknya ukhuwah Islamiyah serta ketiadaan
suatu organisasi yang kuat.
3. Kegagalan dari sebagian
lembaga-lembaga pendidikan Islam dalam memprodusir kader-kader Islam, karena
tidak lagi dapat memenuhi tuntutan zaman.
4. Umat Islam kebanyakan hidup dalam
alam fanatisme yang sempit, bertaklid buta serta berpikir secara dogmatis,
berada dalam konservatisme, formalisme, dan tradisionalisme.
5. dan Karena keinsyafan akan bahaya
yang mengancam kehidupan dan pengaruh agama Islam, serta berhubung dengan
kegiatan misi dan zending Kristen di Indonesia yang semakin menanamkan
pengaruhnya di kalangan rakyat.
Visi Muhammadiyah adalah sebagai gerakan
Islam yang berlandaskan al-Qur’an dan as-Sunnah dengan watak tajdid yang
dimilikinya senantiasa istiqamah dan aktif dalam melaksanakan dakwah Islam amar
ma’ruf nahi mungkar di segala bidang, sehingga menjadi rahmatan li al-‘alamin
bagi umat, bangsa dan dunia kemanusiaan menuju terciptanya masyarakat Islam
yang sebenar-benarnya yang diridhai Allah swt dalam kehidupan di dunia ini.
Misi Muhammadiyah adalah:
1.
Menegakkan keyakinan tauhid yang murni
sesuai dengan ajaran Allah swt yang dibawaoleh Rasulullah yang disyariatkan
sejak Nabi Nuh hingga Nabi Muhammad saw.
2.
Memahami agama dengan menggunakan akal
pikiran sesuai dengan jiwa ajaran Islam untuk menjawab dan menyelesaikan
persoalan-persoalan kehidupan yang bersifat duniawi.
3.
Menyebarluaskan ajaran Islam yang
bersumber pada al-Qur’an sebagai kitab Allah yang terakhir untuk umat manusia
sebagai penjelasannya.
4.
Mewujudkan amalan-amalan Islam dalam kehidupan
pribadi, keluarga dan masyarakat. Lihat Tanfidz Keputusan Musyawarah Wilayah
ke-39 Muhammadiyah Sumatera Barat tahun 2005 di Kota Sawahlunto
BAB
3
A.
KESIMPULAN
Muhammad
Darwis atau lebih dikenal dengan K.H. Ahmad Dahlan menuntut ilmu di kota suci
Makkah, dan hasil dari pendidikannya itu kemudian beliau membentuk sebuah wadah
perubahan untuk kembali kepada Al Qur’an dan As Sunnah Rasullullah sesuai
dengan arti Muhammadiyah yaitu pengikut Nabi Muhammad SAW. Dari terbentuknya
Muhammadiyah di kampung Kauman Yogyakarta pada tanggal 8 Dzulhijah 1330 H yang
bertepatan pada 18 November 1912 M dan tersebarluas hampir seluruh Indonesia
sehingga menjadi organisasi besar sampai dengan sekarang tidak lepas dari buah
pikiran K.H. Ahmad Dahlan.
Ada dua faktor
yang melatarbelakangi berdirinya Muhammadiyah yaitu faktor intern (dalam
pribadi Ahmad Dahlan sendiri) dan ekstern (aspek
sosial,keagamaan,pendidikan,dan politik bangsa).
B. SARAN
Dari kesimpulan di
atas,dapat disarankan hal-hal sebagai berikut :
1.
Sebagai warga umat Islam Muhammadiyah, kita harus
mempertahankan dan meneruskan perjuangan Ahmad Dahlan dari segala bentuk yang
dapat menghancurkan agama Islam.
2.
Sebagai umat Islam yang beriman dan bertaqwa pada-Nya,
kita tidak seharusnya melakukan hal-hal yang dilarang Islam seperti tahayul,
bid’ah, khurofat .Kita harus menjalankan dan mengamalkan seperti apa yang
diajarkan dalam al quran dan al hadist.
3. Sebagai
umat Islam yang berilmu, kita harus memperdalam ilmu dalam segala bidang
seperti IPTEK dan ilmu yang lainnya tanpa membedakan, dengan syarat kita tahu
apa yang kita pelajari sesuai dengan ajaran Islam.
4. Untuk
menjaga agama Islam dari pemusnahan orang-orang kafir, kita sebagai umat Islam
harus bersatu melindungi agama Islam.